Thursday, 31 May 2012

Jejaring Sosial dan Keamanan Anak



Memiliki akun di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter seolah telah menjadi syarat wajib manusia saat ini. Betapa tidak, ketika ada perkenalan dengan teman baru, paling tidak akan muncul pertanyaan seperti ini, "Punya FB tidak"?. Dengan jumlah pengguna yang puluhan juta di Indonesia, jejaring sosial telah memudahkan komunikasi antar sesama manusia. Hal yang menarik untuk dibahas lepas dari sisi positif keberadaan keberadaan jejaring sosial adalah dampak negatifnyaterhadap keamanan anak.

Meskipun jejaring sosial seperti FB memiliki peraturan untuk penggunanya, namun hal yang tetap menarik untuk dicermati adalah tidak semua pengguna jejaring memiliki kehatian-hatian yang sama ketika berinteraksi dengan orang lain menggunakan jejaring sosial. Bagi saya, jejaring sosial tetap memiliki banyak sekali misteri yang harus didalami, terlebih ketika sudah menyangkut individu penggunannya.

Maraknya korban anak-anak akibat keberadaan jejaring sosial sebaiknya meningkatkan kesadaran orang tua, guru, sekolah, masyarakat dan pemerintah untuk mendidik semua generasi muda memiliki sikap yang 'cerdas' ketika menggunakan jejaring sosial. Saya menganggap gerakan ini 'mendesak' dan sangat perlu dilakukan dengan segera.

Tidak jarang saya membaca di media cetak maupun elektronik anak-anak yang menjadi korban temannya sendiri yang dikenal melalui jejaring sosial, dari perampokan hingga pembunuhan. Saya mencermati jika gejala dampak negatif keberadaan jejaring sosial pada anak-anak menunjukan trend yang terus meningkat. Ini sesuatu yang perlu tindakan 'cerdas, arif, dan bijaksana'. Menurut saya, pelarangan penggunaan media sosial juga bukanlah solusi yang tepat. Justru, pelarangan tersebut akan memunculkan kemauan balas dendan dari anak-anak ketika bisa terlepas dari belenggu yang melarangany (bagaikan harimau lepas dari kadangnya).

Cara yang tepat adalah bicara dari hati ke hati dengan anak-anak fakta-fakta nyata yang terjadi dilapangan akibat penggunaan jejaring sosial yang tidak 'cerdas'. Dengan memberikan contoh nyata apa yang terjadi kepada orang lain akan membuka hati dan pikiran anak-anak. Disisi lain, pemberian contoh peristiwa nyata di lapangan, merupakan proses pendidikan berdasarkan fakta nyata dengan bukti konkrit sehingga anak-anak akan merasakan kemudahan untuk memahami setiap pembicaraan. Sebagai orang tua, guru atau pendidik, kita harus menyadari jika anak-anak masa kini memiliki daya nalar yang bagus, sehingga perlu pembicaraan yang memang sesuai dengan kondisi berpikir mereka.

Jika Anda peduli dengan keselamatan anak-anak dari dampak negatif jejaring sosial, sudah saatnya kita melakukan kampaye untuk mengajak anak-anak 'cerdas dalam berinternet'. Silakan juga membaca tulisan saya tentang dampak negatif jejaring sosial.

Sumber : vivanews.com

0 comments:

Post a Comment

.

.

.

.
Design by BlogSpotDesign | Ngetik Dot Com