Raksasa Search Engine, Google, memberikan sebuah kritikan terhadap penggunaan filter konten dewasa yang tersebar di seluruh layanan dunia maya. Perusahaan yang berkecimpung pada mesin pencari tersebut mengatakan bahwa kebijakan yang diambil tersebut bukanlah sebuah alasan yang tepat dalam membatasi pengguna konten dewasa khususnya pada anak-anak.
Perusahaan yang kini sedang sibuk mengembangkan sebuah kacamata pintar, Google Project Glass, tersebut memperingatkan bahwa langkah yang diambil tersebut merupakan sebuah bentuk “kesalahan”.
Pemerintah Inggris saat ini sedang berencana untuk melakukan filtering terhadap konten dunia maya yang mengandung hal-hal dewasa. Menyusul adanya rencana yang bakal diberlakukan tersebut, TalkTalk telah memperkenalkan sebuah langkah-langkah yang mengharuskan pelanggaran secara manual untuk melakukan konfirmasi ketika sedang berusaha mengakses konten dewasa.
Kepala dari Policy Google mengatakan bahwa, memang penting melindungi anak-anak dari bahaya yang ditimbulkan oleh konten-konten dewasa, akan tetapi, sayangnya perusahaan yang berlokasi di Mountain View, California, tersebut mengatakan bahwa kebijakan dalam memberikan wajib filter terhadap konten dewasa pada internet bukanlah sebuah metode yang baik yang dapat mengatasi permasalahan ini.
“Kami sangat setuju untuk dapat membatasi anak-anak agar tidak mengakses konten dewasa yang terdapat pada internet. Akan tetapi, disisi lain, peran dari orang tua sangatlah penting untuk dapat melakukan pengawasan terhadap perilaku dari anak-anak mereka khususnya ketika sedang menjelajahi dunia maya namun kita tahu, hal tersebut bukanlah sebuah solusi yang mudah ataupun sederhana.” kata Kepala Kebijakan Google.
“Kami harus tetap melakukan upaya yang lebih dari yang kita lakukan di masa lalu, yang membuat orang tua benar-benar mengetahui resiko anak-anak dalam menghadai dunia online.”
Rencana koalisi dari beberapa perusahaan yang tergabung untuk turut menerbitkan kode etik agar orang tua membatasi akses internet bagi anak-anak mereka ternyata menimbulkan banyak kritikan. BT, TalkTalk, Sky, serta Virgin Media bergabung untuk dapat menerbitkan kode etik tersebut.
“Filternets default merupakan sesuatu yang begitu mengerikan, fitur tersebut bisa jadi memblokir situs-situs yang sebenarnya tidak bersalah, serta tidak menganjurkan sensor yang luas dan juga sederhana.” tutur Jim Killock dari Open Rights Group.
Sumber : vivanews.com
0 comments:
Post a Comment